Cara dan Etika Melamar Kerja atau Pekerjaan Lewat WA Whatsapp
Cara dan Etika Melamar Kerja atau Pekerjaan Lewat WhatsApp
![]() |
Melamar Kerja Pekerjaan via WA Whatsapp |
Di era digital seperti sekarang, mencari dan melamar pekerjaan semakin mudah diakses. Tak lagi hanya melalui portal karier resmi atau koran, kini WhatsApp telah menjelma menjadi salah satu platform populer untuk menyampaikan lamaran kerja.
Cepat, praktis, dan langsung, itulah kesan yang ditawarkan. Banyak perusahaan, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sengaja mencantumkan kontak WhatsApp pribadi mereka di iklan lowongan sebagai jalur komunikasi utama.
Namun, kemudahan ini datang dengan tantangan tersendiri: bagaimana menjaga etika melamar pekerjaan lewat WhatsApp agar lamaran Anda tetap terlihat profesional dan berkesan baik di mata perekrut?
Artikel ini akan mengupas tuntas semua pertanyaan tersebut. Kita akan membahas bagaimana ketersediaan lowongan pekerjaan di Indonesia saat ini tersebar luas, mulai dari iklan di koran, media sosial (Facebook, Instagram, TikTok, X), hingga pesan berantai WhatsApp.
Mengapa banyak pengusaha mencantumkan kontak WhatsApp pribadi mereka? Lalu, apa saja contoh perilaku yang tidak baik dan harus dihindari saat melamar pekerjaan via WhatsApp (seperti mengirim "P" atau tanpa salam dan perkenalan)? Yang paling krusial, bagaimana cara melamar kerja lewat WA WhatsApp yang benar dan contohnya?
Tantangan apa saja yang mungkin Anda hadapi dalam proses ini? Semua informasi ini disajikan dari pengalaman langsung saya sebagai seseorang yang pernah menavigasi dunia rekrutmen digital dengan etika dan profesionalisme. Mari kita selami lebih dalam!
Daftar Isi
- Ketersediaan Lowongan Pekerjaan di Indonesia (Koran, Media Sosial, WhatsApp)
- Mengapa Pengusaha Mencantumkan Kontak WhatsApp Pribadi?
- Contoh yang Tidak Baik dalam Melamar Pekerjaan Melalui WhatsApp
- Cara Melamar Kerja Lewat WA WhatsApp dan Contohnya
- Tantangan Melamar Pekerjaan Lewat WA WhatsApp
- Kesimpulan
Ketersediaan Lowongan Pekerjaan di Indonesia (Koran, Media Sosial, WhatsApp)
Lanskap pencarian kerja di Indonesia telah mengalami transformasi besar dalam dekade terakhir. Jika dulu koran adalah primadona, kini internet dan platform digital telah mengambil alih peran sebagai sumber utama informasi lowongan pekerjaan. Memahami di mana lowongan tersedia adalah langkah pertama yang krusial bagi setiap pencari kerja.
1. Lowongan Iklan di Koran
Meskipun popularitasnya menurun drastis dibandingkan era 90-an hingga awal 2000-an, iklan lowongan pekerjaan di koran cetak masih ada, terutama untuk sektor-sektor tertentu atau bagi perusahaan yang ingin menjangkau segmen pelamar yang lebih tradisional. Lowongan di koran biasanya ditemukan di kolom khusus lowongan kerja pada surat kabar harian nasional atau lokal.
- Kelebihan:Kadang menjangkau pelamar di daerah yang akses internetnya terbatas.
- Kekurangan: Jangkauan terbatas, update lambat, dan tidak interaktif.
2. Lowongan Posting di Media Sosial (Facebook, Instagram, TikTok, X/Twitter)
Media sosial telah menjadi channel yang sangat powerful untuk penyebaran informasi lowongan pekerjaan. Fleksibilitas dan jangkauannya yang luas membuatnya diminati baik oleh perusahaan besar maupun UMKM.
- Facebook:
- Group Lowongan Kerja: Banyak grup Facebook yang didedikasikan untuk berbagi informasi lowongan pekerjaan berdasarkan kota atau industri. Ini adalah sumber yang sangat aktif.
- Halaman Perusahaan: Perusahaan sering memposting lowongan di halaman resmi mereka.
- Facebook Marketplace: Beberapa lowongan pekerjaan lokal, terutama untuk UMKM, juga bisa ditemukan di sini.
- Instagram:
- Akun Info Loker: Banyak akun Instagram khusus yang mengumpulkan dan memposting lowongan pekerjaan dari berbagai sumber.
- Stories dan Reels: Perusahaan menggunakan fitur Stories dan Reels untuk iklan lowongan yang lebih visual dan menarik.
- Profil Perusahaan: Lowongan di highlight atau di bio profil perusahaan.
- TikTok:
- Konten Kreatif: Tren terbaru adalah perusahaan atau individu HRD memposting lowongan melalui video singkat yang informatif dan menarik. Ini seringkali menargetkan Gen Z.
- Hashtag: Penggunaan hashtag relevan (#lowongankerja #lokerjakarta #karir) membantu pencarian.
- X (Twitter):
- Akun Resmi Perusahaan: Perusahaan sering memposting lowongan atau tautan ke portal karier mereka.
- Akun Info Loker: Beberapa akun fokus pada informasi lowongan yang cepat dan up-to-date.
- Tren Hashtag: Lowongan bisa muncul melalui trending hashtag terkait pekerjaan.
Media sosial menawarkan keuntungan jangkauan luas, update cepat, dan interaktivitas, namun juga memerlukan kehati-hatian karena banyaknya informasi tidak valid atau penipuan.
3. Forward WhatsApp
Pesan berantai atau forward WhatsApp telah menjadi metode yang sangat umum untuk menyebarkan lowongan pekerjaan, terutama di kalangan komunitas, keluarga, atau jaringan pertemanan.
Lowongan ini bisa berasal dari berbagai sumber (HRD yang memposting langsung, informasi dari karyawan internal, atau rekruter informal).
- Kelebihan: Cepat menyebar, sangat personal (dari kontak yang Anda kenal), dan seringkali langsung mengarah ke kontak perekrut atau HRD (bahkan seringkali langsung nomor WhatsApp).
- Kekurangan: Tidak semua informasi valid, seringkali tidak ada detail yang lengkap, dan bisa menjadi spam. Risiko penipuan juga ada.
Pergeseran Pola Rekrutmen
Pergeseran ini menunjukkan bahwa pencari kerja modern harus proaktif dan fleksibel dalam mencari lowongan.
Tidak cukup hanya mengandalkan satu platform. Banyak UMKM dan bahkan perusahaan menengah kini lebih memilih jalur WhatsApp karena praktis, cepat, dan memungkinkan komunikasi langsung.
Sebagai seseorang yang pernah mencoba melamar kerja melalui berbagai channel ini, saya bisa bilang bahwa kemampuan beradaptasi dengan setiap platform rekrutmen adalah kunci.
---Mengapa Pengusaha Mencantumkan Kontak WhatsApp Pribadi?
Di tengah maraknya portal karier profesional dan email resmi, banyak pengusaha, khususnya pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), justru memilih untuk mencantumkan nomor WhatsApp pribadi mereka di iklan lowongan pekerjaan
Fenomena ini, meskipun terkesan kurang formal, memiliki alasan praktis dan strategis yang kuat bagi mereka. Sebagai seseorang yang pernah melamar kerja via WhatsApp, saya memahami perspektif ini dari sisi pengusaha.
1. Kemudahan dan Kepraktisan Komunikasi
- Aksesibilitas Tinggi: Hampir setiap orang di Indonesia memiliki WhatsApp. Ini adalah aplikasi yang paling sering dibuka dan digunakan dalam keseharian. Mencantumkan nomor WA berarti perekrut memastikan kontak mereka mudah diakses oleh calon pelamar.
- Cepat dan Instan: WhatsApp memungkinkan komunikasi dua arah yang sangat cepat. Pengusaha bisa langsung membalas pertanyaan pelamar, meminta dokumen tambahan, atau bahkan menjadwalkan wawancara singkat melalui panggilan WA atau video call. Ini jauh lebih cepat daripada email atau telepon tradisional.
- Minim Biaya: Menggunakan WhatsApp gratis, tidak ada biaya SMS atau telepon pulsa, sehingga lebih efisien bagi pengusaha kecil yang mungkin memiliki anggaran terbatas untuk rekrutmen.
2. Efisiensi Proses Rekrutmen
- Penyaringan Awal yang Cepat: Pengusaha bisa melakukan penyaringan awal yang sangat cepat hanya dengan melihat isi pesan lamaran, CV, atau bahkan gaya komunikasi pelamar. Jika ada ratusan lamaran, mereka bisa dengan cepat mengidentifikasi kandidat yang serius dan profesional.
- Langsung Melihat Personalitas: Cara pelamar berkomunikasi di WA (etika, penggunaan bahasa, kerapihan pesan) bisa langsung memberikan gambaran tentang personalitas dan profesionalisme mereka.
- Manajemen Dokumen Sederhana: Pelamar dapat langsung mengirim CV dan dokumen lain dalam format PDF atau gambar, yang mudah diunduh dan disimpan oleh pengusaha.
3. Target Pelamar UMKM dan Level Entry
- Sesuai Segmen Pasar: UMKM seringkali mencari pekerja untuk posisi entry-level seperti Pramuniaga, Kasir, Asisten Dapur, atau Karyawan Toko yang mungkin tidak memiliki pengalaman luas dalam melamar via email formal atau portal besar. WhatsApp adalah platform yang mereka akrabi.
- Relasi Langsung: Bagi UMKM, hubungan personal seringkali penting. Kontak langsung via WA bisa membangun relasi awal yang lebih dekat.
4. Keterbatasan Sumber Daya HRD
- Pengusaha kecil mungkin tidak memiliki departemen HRD khusus atau sistem Applicant Tracking System (ATS) yang canggih. WhatsApp menjadi alat rekrutmen yang sederhana dan efektif bagi mereka.
- Pengusaha sendiri mungkin adalah pemilik bisnis yang juga merangkap sebagai perekrut, sehingga menggunakan platform yang sudah mereka gunakan sehari-hari lebih praktis.
5. Membangun Kesan "Mudah Didekati"
Mencantumkan nomor WA pribadi bisa memberikan kesan bahwa perusahaan atau pengusaha tersebut mudah didekati dan tidak terlalu formal, yang mungkin menarik bagi sebagian pelamar.
Mencantumkan nomor WA membangun kesan bahwa mereka mencari individu yang fit secara budaya, bukan hanya kualifikasi formal.
Sebagai seseorang yang pernah melamar kerja lewat WA, saya menyadari bahwa di balik kemudahan ini, ada ekspektasi tersembunyi dari pengusaha.
Mereka mencari orang yang bisa memanfaatkan kemudahan ini dengan tetap menunjukkan profesionalisme dan etika yang baik.
Oleh karena itu, penting bagi pelamar untuk memahami dan mempraktikkan etika melamar kerja via WhatsApp.
---Contoh yang Tidak Baik dalam Melamar Pekerjaan Melalui WhatsApp
Kemudahan komunikasi melalui WhatsApp seringkali disalahartikan dengan kebebasan tanpa batas dalam berinteraksi.
Padahal, saat melamar pekerjaan, platform ini tetap memerlukan etika dan profesionalisme yang tinggi. Kesalahan kecil dapat langsung membuat Anda dicoret dari daftar kandidat.
Berdasarkan pengalaman saya, berikut adalah contoh-contoh komunikasi yang tidak baik dan harus dihindari saat melamar pekerjaan via WhatsApp:
1. Mengirim "P" atau "Ping" Tanpa Konteks
Mengirim hanya kata P adalah kesalahan fatal dan paling sering terjadi.
- Contoh: Pelamar hanya mengirim "P", "Ping", "Halo", "Min", atau emoji tanpa perkenalan diri atau tujuan yang jelas.
- Mengapa Tidak Baik karena sangat tidak profesional, tidak sopan, dan menunjukkan Anda tidak serius dalam melamar pekerjaan. Perekrut menerima banyak pesan dan tidak memiliki waktu untuk menebak maksud Anda atau mencari tahu siapa Anda. Pesan semacam ini akan langsung diabaikan.
2. Tidak Memperkenalkan Diri dan Salam
Setiap komunikasi formal, termasuk lamaran kerja, harus dimulai dengan perkenalan dan salam.
- Contoh: "Mau lamar kerja." atau "Ada lowongan?" tanpa menyebutkan nama atau salam.
- Mengapa Tidak Baik: Ini menunjukkan kurangnya etika komunikasi dasar. Perekrut tidak tahu siapa yang berbicara dengan mereka, dan ini terkesan sangat tidak sopan.
3. Menggunakan Bahasa Informal atau Alay
WhatsApp memang sering digunakan untuk komunikasi informal, tetapi tidak untuk melamar pekerjaan.
- Contoh: "Kak, lokernya masi ada? Saya minat bgt nih." atau "Pgn kerja, sibuk ya kak?" dengan singkatan-singkatan tidak baku, emoji berlebihan, atau gaya bahasa yang terlalu santai.
- Mengapa Tidak Baik: Menunjukkan ketidakseriusan, kurangnya profesionalisme, dan pemahaman tentang etika komunikasi formal. Ini mencerminkan bagaimana Anda akan berkomunikasi di lingkungan kerja.
4. Langsung Menghujani dengan Dokumen Tanpa Izin
Jangan langsung mengirim CV, ijazah, atau dokumen lain tanpa perkenalan dan pertanyaan apakah dokumen tersebut bisa dikirim.
- Contoh: Setelah salam, langsung mengirim beberapa file PDF atau gambar tanpa teks pengantar.
- Mengapa Tidak Baik: Terkesan tidak sopan dan memaksa. Perekrut mungkin belum siap menerima dokumen atau memiliki format spesifik yang diinginkan. Ini juga bisa membuat pesan Anda dianggap spam.
5. Tidak Menuliskan Posisi yang Dilamar
Perusahaan sering membuka banyak lowongan.
- Contoh: "Saya mau melamar kerja, ini CV saya."
- Mengapa Tidak Baik: Perekrut harus menebak atau mencari tahu posisi apa yang Anda inginkan, membuang waktu mereka. Selalu sebutkan posisi yang dilamar secara jelas.
6. Mengirim Pesan di Luar Jam Kerja atau Berulang Kali
Hormati waktu kerja perekrut.
- Contoh: Mengirim lamaran di tengah malam, dini hari, atau hari libur. Atau, mengirim pesan berulang kali ("Sudah dibaca belum?", "Gimana lamaran saya?") dalam waktu singkat.
- Mengapa Tidak Baik: Menunjukkan kurangnya etika dan kesabaran. Perekrut mungkin sedang tidak bekerja atau sibuk. Menghujani pesan juga mengganggu dan terkesan tidak profesional.
7. Tidak Membaca Iklan Lowongan dengan Seksama
Ini bukan kesalahan komunikasi, tapi seringkali penyebab pesan yang tidak baik.
- Contoh: Bertanya tentang informasi yang sudah jelas tertera di iklan lowongan (misalnya, gaji, lokasi, persyaratan usia).
- Mengapa Tidak Baik: Menunjukkan Anda malas membaca, tidak teliti, dan tidak serius. Perekrut akan langsung menilai Anda negatif.
Sebagai seseorang yang pernah melamar kerja lewat WA, saya tahu betapa pentingnya kesan pertama. Hindari kesalahan-kesalahan ini agar lamaran Anda mendapatkan perhatian positif.
---Cara Melamar Kerja Lewat WA WhatsApp dan Contohnya
Melamar pekerjaan melalui WhatsApp adalah praktik yang semakin umum, terutama di Indonesia.
Namun, penting untuk melakukannya dengan cara yang profesional dan beretika agar lamaran Anda diperhatikan. Berikut adalah panduan langkah demi langkah dan contoh pesan yang bisa Anda gunakan.
Prinsip Utama: Ringkas, Jelas, Sopan, dan Profesional
Ingat, WhatsApp adalah platform yang memungkinkan komunikasi cepat. Perekrut akan menghargai pesan yang ringkas namun informatif.
Langkah-langkah Melamar Kerja Lewat WA:
- Baca Iklan Lowongan dengan Seksama:
- Pastikan Anda memenuhi semua persyaratan yang tercantum. Jangan melamar jika Anda tidak memenuhi kualifikasi dasar.
- Cari tahu instruksi spesifik: apakah diminta kirim CV saja? Atau CV dan surat lamaran? Dalam format apa? Apakah ada jam tertentu untuk mengirim pesan?
- Catat nama perusahaan, posisi yang dilamar, dan kontak WhatsApp yang dituju.
- Siapkan Dokumen dalam Format yang Sesuai:
- CV/Daftar Riwayat Hidup: Siapkan dalam format PDF. Pastikan rapi, jelas, dan menonjolkan kualifikasi relevan.
- Surat Lamaran Kerja: Jika diminta, buat juga dalam format PDF.
- Berkas Lain: Ijazah, SKCK, Pas Foto, dll., juga dalam format PDF atau gambar berkualitas baik.
- Nama File: Ubah nama file Anda menjadi profesional (misalnya: "CV_NamaLengkap_PosisiDilamar.pdf").
- Kirim Pesan Pada Jam Kerja:
- Kirim pesan pada jam kerja kantor (misalnya, Senin-Jumat, pukul 09.00 - 16.00 WIB). Hindari mengirim di malam hari, akhir pekan, atau hari libur nasional.
- Tulis Pesan Awal yang Profesional dan Jelas:
- Mulailah dengan salam.
- Sebutkan nama lengkap Anda.
- Sebutkan posisi yang Anda lamar.
- Sebutkan dari mana Anda mendapatkan informasi lowongan.
- Tanyakan izin untuk mengirimkan dokumen lamaran.
- Tunggu Respons Sebelum Mengirim Dokumen:
- Jangan langsung menghujani dengan dokumen. Tunggu respons dari perekrut. Jika mereka mengizinkan, barulah Anda mengirim dokumen. Ini menunjukkan etika.
- Kirim Dokumen dan Teks Pengantar Singkat:
- Setelah mendapatkan izin, kirim dokumen Anda dalam format yang diminta.
- Sertakan teks pengantar singkat yang menyatakan dokumen apa yang Anda kirim dan terima kasih.
- Bersabar dan Tunggu Respons:
- Setelah mengirim, bersabarlah. Jangan mengirim pesan berulang kali ("P", "Sudah dibaca?") yang mengganggu. Perekrut akan menghubungi jika Anda lolos ke tahap selanjutnya.
Contoh Pesan Melamar Kerja Lewat WA:
Contoh 1: Untuk Posisi Pramuniaga (Store Crew) di Toko Ritel (Jika Iklan Meminta Kirim CV)
Yth. Bapak/Ibu [Nama Perekrut/HRD jika ada, atau HRD/Tim Rekrutmen]
PT [Nama Perusahaan/Toko]
Selamat pagi/siang/sore.
Perkenalkan, nama saya [Nama Lengkap Anda].
Saya mendapatkan informasi lowongan pekerjaan sebagai Pramuniaga dari [Sumber Informasi, contoh: akun Instagram @LokerJakarta / Group Facebook Loker Retail].
Saya ingin mengajukan lamaran untuk posisi tersebut.
Apakah saya diizinkan untuk mengirimkan berkas lamaran (CV dan Surat Lamaran) melalui WhatsApp ini?
Terima kasih atas waktu dan perhatian Bapak/Ibu.
Hormat saya,
[Nama Lengkap Anda]
[Nomor Telepon Anda]
Contoh 2: Setelah Mendapat Izin Mengirim Dokumen (Balasan dari Perekrut: "Silakan kirimkan CV Anda.")
Baik, Bapak/Ibu. Terima kasih atas konfirmasinya.
Berikut terlampir berkas lamaran saya untuk posisi Pramuniaga:
1. Curriculum Vitae (CV) - [NamaLengkap]_CV.pdf
2. Surat Lamaran Kerja - [NamaLengkap]_SuratLamaran.pdf
[Tambahkan dokumen lain jika diminta, misal: Ijazah, KTP, dll.]
Mohon dapat dipertimbangkan.
Terima kasih banyak.
Contoh 3: Jika Iklan Lowongan Sangat Singkat dan Hanya Mencantumkan No. WA & Nama Posisi
Selamat pagi/siang/sore, Bapak/Ibu [Nama Perekrut jika ada, atau Admin Rekrutmen].
Perkenalkan, saya [Nama Lengkap Anda]. Saya ingin melamar untuk posisi [Nama Posisi, contoh: Store Crew] yang saya lihat di [Sumber Informasi, contoh: Iklan WhatsApp Group Loker Bandung].
Apakah lowongan ini masih tersedia? Jika iya, mohon informasinya mengenai prosedur pengiriman berkas lamaran yang diperlukan.
Terima kasih atas informasi dan waktu Bapak/Ibu.
Hormat saya,
[Nama Lengkap Anda]
[Nomor Telepon Anda]
Selalu ingat untuk menjaga bahasa yang sopan, formal, dan ringkas. Hindari mengirim emoji atau stiker. Profesionalisme adalah kunci, bahkan di platform informal seperti WhatsApp.
---Tantangan Melamar Pekerjaan Lewat WA WhatsApp
Melamar pekerjaan melalui WhatsApp memang menawarkan kemudahan, namun juga datang dengan serangkaian tantangan unik.
Sebagai seseorang yang pernah mencoba jalur ini, saya menyadari bahwa aspek-aspek ini bisa menjadi penghalang jika tidak diantisipasi dengan baik.
1. Risiko Pesan Tenggelam (Overload Perekrut)
- Volume Pesan Tinggi: Perekrut yang mencantumkan nomor WhatsApp mereka bisa menerima ratusan, bahkan ribuan, pesan setiap hari dari pelamar. Pesan Anda bisa dengan mudah "tenggelam" di antara pesan lain.
- Tidak Terbaca: Ada kemungkinan pesan Anda tidak terbaca atau terlewat karena volume pesan yang terlalu besar.
- Kurangnya Sistem Manajemen: Pengusaha kecil mungkin tidak memiliki sistem untuk mengelola lamaran WA secara efisien, sehingga pesan bisa tidak tertangani dengan baik.
2. Potensi Pesan Terlihat Tidak Profesional
- Godaan Informalitas: Karena WA adalah aplikasi perpesanan sehari-hari, ada godaan besar untuk menggunakan bahasa informal, singkatan, atau emoji. Ini adalah jebakan yang harus dihindari.
- Kesan Buruk Cepat Terbentuk: Pesan yang tidak profesional (misalnya, hanya mengirim "P" atau tanpa salam) akan langsung memberikan kesan buruk dan membuat Anda dicoret.
3. Keterbatasan Informasi dalam Pesan Singkat
- Ruang Terbatas: Anda harus menyampaikan informasi penting secara ringkas. Sulit untuk menjelaskan secara detail semua kualifikasi atau motivasi Anda dalam beberapa kalimat.
- *Potensi Salah Paham: Komunikasi singkat kadang bisa menimbulkan salah paham jika tidak diungkapkan dengan sangat jelas.
4. Risiko Penipuan Lowongan Kerja
- Verifikasi Sulit: Lowongan yang tersebar via WhatsApp seringkali tidak jelas sumbernya. Sulit memverifikasi apakah lowongan tersebut asli atau penipuan.
- Modus Penipuan: Penipu sering menggunakan WA untuk menjaring korban dengan modus meminta uang transfer, data pribadi, atau mengarahkan ke situs palsu.
Tips Menghindari Penipuan:
- Jangan pernah membayar apapun untuk proses rekrutmen.
- Jangan berikan data pribadi yang sensitif (nomor rekening, PIN, password) sebelum Anda yakin dengan keaslian perusahaan dan prosesnya.
- Cari tahu informasi tentang perusahaan di internet.
- Waspada jika ada janji gaji tidak masuk akal atau proses yang terlalu mudah.
5. Tidak Adanya Jejak Resmi
- Tanpa Jejak Digital Formal: Berbeda dengan lamaran email atau portal karier yang biasanya memberikan konfirmasi resmi, lamaran via WA tidak memiliki jejak formal. Ini bisa menyulitkan Anda untuk melacak status lamaran.
- Sulitnya Melampirkan Banyak Dokumen: Jika lowongan membutuhkan banyak dokumen pendukung, mengirimkannya via WA bisa kurang praktis dibandingkan email atau upload di portal.
6. Membutuhkan Respons Cepat dari Pelamar
- Karena sifatnya yang instan, perekrut mungkin mengharapkan respons yang cepat dari Anda jika mereka menanyakan sesuatu. Anda harus siap membalas pesan dalam waktu yang wajar.
7. Privasi Kontak Pribadi
- Beberapa pelamar mungkin merasa tidak nyaman membagikan nomor WhatsApp pribadi mereka kepada banyak perekrut, terutama jika tidak yakin dengan keaslian lowongan.
Meskipun tantangan ini ada, melamar via WA tetap menjadi jalur yang populer. Kuncinya adalah proaktif, sangat berhati-hati, dan menerapkan etika komunikasi yang ketat agar Anda menonjol secara positif.
---Kesimpulan
Di tengah pesatnya digitalisasi, WhatsApp telah menjadi platform yang tak terpisahkan dalam lanskap pencarian dan penyebaran lowongan pekerjaan di Indonesia.
Lowongan kini tersebar luas, tidak hanya melalui iklan koran atau portal karier, tetapi juga secara masif di media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, X, serta pesan berantai WhatsApp.
Banyak pengusaha, khususnya UMKM, memilih mencantumkan kontak WhatsApp pribadi mereka karena kemudahan, kecepatan, dan efisiensi yang ditawarkannya dalam proses rekrutmen awal.
Namun, kemudahan ini datang dengan tanggung jawab besar bagi pelamar untuk menjaga etika melamar pekerjaan lewat WhatsApp.
Penting untuk memahami bahwa komunikasi via WA, meskipun instan, tetap memerlukan profesionalisme.
Contoh perilaku yang tidak baik dan harus dihindari adalah mengirim "P" atau "Ping", tidak memperkenalkan diri dan salam, menggunakan bahasa informal atau "alay", langsung menghujani dengan dokumen tanpa izin, tidak mencantumkan posisi yang dilamar, serta mengirim pesan di luar jam kerja atau secara berulang kali.
Perilaku ini dapat langsung membuat lamaran Anda diabaikan.
Cara melamar kerja lewat WA WhatsApp yang benar adalah dengan pendekatan yang ringkas, jelas, sopan, dan profesional. Langkah-langkahnya meliputi:
- Membaca iklan lowongan dengan seksama.
- Menyiapkan dokumen (CV, surat lamaran) dalam format PDF yang rapi dan profesional.
- Mengirim pesan pada jam kerja.
- Memulai pesan dengan salam, perkenalan diri, menyebutkan posisi yang dilamar, dan dari mana info lowongan didapat, lalu menanyakan izin untuk mengirimkan berkas.
- Menunggu respons sebelum mengirim dokumen.
- Mengirim dokumen dengan teks pengantar singkat setelah mendapat izin.
- Bersabar menunggu respons.
Meski praktis, tantangan melamar pekerjaan lewat WA juga ada. Pesan Anda bisa tenggelam akibat overload di pihak perekrut, ada godaan untuk bersikap tidak profesional, keterbatasan informasi dalam pesan singkat, dan yang paling krusial, risiko penipuan lowongan kerja.
Penting untuk selalu waspada, tidak pernah membayar apapun, dan memverifikasi keaslian lowongan.
Sebagai seseorang yang pernah mencoba peruntungan melamar kerja lewat WhatsApp, saya menyimpulkan bahwa platform ini adalah alat yang efektif jika digunakan dengan benar.
Dengan memahami etika dan tantangannya, Anda dapat mengubah kemudahan WhatsApp menjadi keunggulan dalam pencarian kerja Anda, menunjukkan profesionalisme sejak interaksi pertama, dan meningkatkan peluang Anda untuk mendapatkan panggilan wawancara.
Ingat, kesan pertama adalah segalanya, bahkan dalam sebuah pesan singkat.
Tentang Penulis
Ardhy merupakan founder dari platform Cara Kerja Teknologi. Ardhy menempuh pendidikan S1 Teknik Industri di Universitas Sebelas Maret (UNS) Indonesia dan pendidikan S2 bidang Engineering Technology di SIIT, Thammasat University Thailand. Ardhy memiliki pengalaman kerja selama 4 tahun sebagai staf Insinyur di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga bulan September tahun 2021. Kemudian pada tahun yang sama, Ardhy dipindah tugaskan ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hingga sekarang.
Protofolio Penulis: Google Scholar | ORCID | SINTA | Scopus
Posting Komentar untuk "Cara dan Etika Melamar Kerja atau Pekerjaan Lewat WA Whatsapp"
Platform cara kerja memberikan kebebasan bagi pengunjung untuk memberikan saran, masukan, kritik atau komentar. Anda juga boleh memberikan link untuk backlink. :) Namun tolong pergunakan kata-kata yang baik dan sopan.